
MEMOonline.co.id, Papua Barat - Banyak sejarah mencatat bahwa peran pemuda sangat berperan besar dalam mengubah roda sejarah sebuah masyarakat dan bangsa.
Kurang lebih 94 tahun lalu ada gelora dan pekik solidaritas yang mempersatukan pemuda meski mereka berbeda latar belakang secara agama, bahasa pribumi dan etnis.
Momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menjadi tongkat sejarah di mana peran anak muda sangat mempengaruhi gerak kebangkitan nasional.
"Bagaimana dengan pemuda OAP? Seharusnya semangat solidaritas memacu kita agar tertantang untuk membangun kemandirian sehingga berdikari secara budaya, politik dan ekonomi," tegas Dominggus Yable, Kamis (19/1/2023) siang.
Realitas lokal di bumi Cendrawasih dari Sorong sampai Merauke, ungkap Dominggus, masih menampilkan wajah keprihatinan akan masyarakat OAP.
"Oleh karena itu, kita wajib menempa diri membangun keunggulan individu dalam segala bidang, baik politik, pendidikan, ekonomi, hukum, seni dan bidang-bidang lainnya," tegas Dominggus.
"Memupuk solidaritas meski berada dalam lingkungan penuh pluralitas secara agama, bahasa dan etnis. Kita tidak membiarkan inferioritas, rendah diri dan ketidak berdayaan membelenggu kita," tambahnya.
Ibaratnya, terang Dominggus, seperti aliran air deras yang jika dihambat akan terus merambat. Semua situasi penuh hambatan tidak akan pernah bisa menghambat.
"Diri kita akan terus ditempa bukan hanya unggul dari segi intelektual, tapi juga menjadi teladan penuh keluhuran dalam ruang publik. Karena di atas bahu kitalah diletakkan sebuah impian luhur, membawa Bumi Cendrawasih makin gemilang," jelasnya.
"Maka kesejahteraan akan membumi di setiap jengkal Bumi Cendrawasih," yakin Dominggus Yable Ketua Repdem Provinsi Papua Barat ini.
Penulis : Bambang
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliya