MEMOonline.co.id, Sumenep - Aksi unjuk rasa mewarnai kantor Kepolisian resort (Polres) Sumenep pada Jum'at pagi (16/10/20) sekitar pukul 09:00 WIB.
Aksi tersebut merupakan buntut pajang dari luapan kekecewaan aktivis perempuan Sumenep yang merasa dipersekusi oleh oknum kepolisian.
Uniknya, dalam aksi demonstrasi tersebut, sang orator tampil beda dengan peserta aksi yang lain. Ia memakai atribut kebaya lengkap adat Madura.
Dengan balutan hijab kuning dan kacama hitam. Orator cantik bernama Lina Wakiah itu dengan lantang meneriakkan nilai-nilai feminisme.
Mahasiswi Institut Kariman Wirayudha (INKADHA) Sumenep tersebut mengatakan, mengenakan kebaya merupakan bentuk protes terhadap aparat kepolisian yang diduga telah mempersekusi kaum aktivis perempuan.
"Kebaya merupakan ciri khas gadis desa, jadi kehadiran saya disini untuk mewakili perempuan-perempuan desa yang dilecehkan dan direndahkan oleh aparat," terangnya.
Menurut Lina, selain ciri khas gadis desa, kebaya adalah cerminan feminisme kaum perempuan yang harus dilindungi, dihormati dan dijunjung tinggi.
Sebab kata dia, perempuan merupakan tonggak lahirnya peradaban yang bermartabat. Jika perempuan dilecehkan dan di bully maka, jangan harap melahirkan nilai-nilai kehidupan yang berkeadaban.
"Bukan justru di bully dan dilecehkan, lagi-lagi hari ini kami dikecewakan oleh Polres Sumenep yang tidak mengindahkan tuntutan kami," urainya.
Kata dia, dirinya kecewa lantaran pihak kepolisian tak kunjung mengusut tuntas anggoatanya yang telah melecehkan sahabat perempuannya di aksi demonstrasi menolak UU Omnibus Law pada 12 Oktober lalu.
"Tuntutan dari Kopri sendiri hanya ingin Polres Sumenep memberikan tindakan tegas kepada anggotanya yang telah melecehkan sahabat kami, hanya itu," tandasnya. (Zai/red)