
MEMOonline.co.id, Kota Batu – Sebuah kuburan yang diyakini sebagai situs sejarah, atau yang biasa disebut warga makam Dinger, yang di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, perlu dilestarikan.
Pasalnya,kuburan peninggalan zaman kolonial Belanda itu, berpotensi dijadikan destinasi wisata unggulan di Kota Batu.
Sementara penegasan ihwal situs peninggalan zaman kolonial Belanda itu disampaikan Kepala Desa (Kades) Tulungrejo, Suliono, yang meyakini 100% jika Makam Dinger merupakan cagar budaya yang perlu dilestarikan
"Ya, di situ (situs makam) dahulu bermukim Tuan Dinger, pengusaha Belanda yang sangat kaya. Dia makamnya di situ, pabriknya di situ, pengeringan kinanya di situ, dan perkebunannya juga di situ," papar Kades Tulungrejo, Senin (18/3/2018).
Bahkan, sambung Kades Suliono, Makam Dinger itu dahulun seperti taman-taman. Sangat indah. Kalau dilihat dari sketsa areanya, serupa dengan boulevard (taman) di Jl. Besar Ijen, Kota Malang.
Ia gambarkan, di situs Makam Dinger itu dahulu kala kegiatannya memang semarak. Tuan Dinger adalah salah satu di antara beberapa orang Belanda di Desa Tulungrejo yang paling kaya. Sehingga di kediamannya itu pula Dinger dimakamkan.
"Beberapa tahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, jasad Dinger dipindahkan oleh ahli warisnya ke Belanda," terangnya.
Kendati demikian, ia berharap lahan yang ada di sekeliling makam tersebut dikembalikan seperti semula, karena itu adalah bukti sejarah.
"Kami selaku pemerintah desa, beharap kikembalikan seperti awal, biarpun tidak sepenuhnya. Katakan empat puluh persenlah dari awalnya," ujarnya.
Dasar harapan tersebut, ia katakan, karena situs itu bukti sejarah. Bila pihaknya mengajukannya lebih dari bukti sejarah, bisa diamankan dalam arti direkontruksi. Adanya penambahan (bangunan) di kanan-kiri lahan yang sudah bersertifikat, mohon dikembalikan.
Asumsinya, situs di tanah itu sebelum ada sertifikat sudah merupakan bukti sejarah.
"Jangan terlalu ditempel (bangunan lain). Beri fasum (fasilitas umum), lapangan terbuka maupun taman-taman," pintanya.
Sehingga, ia tambahkan, menjadi bukti bahwa pemerintahan desa setempat juga membantu Pemerintah Kota Batu untuk keseriusan pelestariannya.
"Dalam waktu dua tahun, 2017-2018 melakukan kajian. Observasinya bulan ini," pungkasnya. (Risma/diens)