
MEMOonline.co.id, Jakarta- Penyair Pulo Lasman Simanjuntak pertama kali menulis puisi pada bulan Juli tahun 1977 karya puisinya berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS.
Setelah itu karya puisinya mulai ‘disebar’ disejumlah media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) mulai tahun 1980 sampai tahun 2023 telah mencapai pemuatan sebanyak 23 media cetak.
Memasuki era sastra digital (internet) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini karya puisinya telah dipublish (tayang) sebanyak 180 media online (website) di Indonesia dan negara serumpun Malaysia.Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.
“Proses kreatif saya dalam menulis puisi tak akan pernah mati. Motto menulis puisi memang tak pernah mati, bahkan sampai saya juga turun ke dunia orang mati,” kata penyair yang karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 27 buku puisi antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia, di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Beberapa kali diundang baca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM), Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak-yang juga dikenal sebagai wartawan senior ini- menulis di bawah ini lima puisi yang ‘merekam’ perjalanan pergulatan (pergumulan hebat) kehidupan sang penyair.
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
MENU MAKANAN HARI INI (episode pertama)
menu makanan hari ini- tak lagi memesan makanan berlemak aku benci kolestrol aku sunyi karbohidrat aku bersahabat protein aku bersatu vitamin aku kunyah
menu makanan hari ini - tak lagi memesan makanan gula tinggi aku seperti beelzebul garam asin aku seperti legion kadar lemak aku seperti dewa molokh
maka, menu makanan hari ini- akan berjalan kaki seribu langkah sampai tiba di perut matahari membuang limbah racun paling mematikan memasak dengan menu vegan
Jakarta, Senin, 22 April 2024
MENU MAKANAN HARI INI (episode dua)
menu makanan hari ini- dapat kabar dari perempuan seperti dari taman eden sepuluh tahun tak sentuh biji padi-padian
otaknya makin cerdas dengan gelar kesarjanaan berderet di bangku-bangku operasi bedah kulit paling panjang dan menyulitkan
ia menyiram air gula dalam tubuhku rambu langsung menyala; tanda bahaya di depan mata para rohaniawan
dalam layar digital diloloskan makanan instan disantap para bangsawan dibakar daging segar api neraka
sekarang kita buat janji tak lagi mau menyentuh menu makanan yang tak tertulis dalam kitab kehidupan atau buku roh nubuat
hidup memang harus sehat umur suntuk sampai rambut memutih perak atau jingga tembaga teduh turun perlahan ke kuburan bawah tanah
Jakarta, Senin 22 April 2024
IBUNDA MATI MUDA
i/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta yang mati muda kanker peranakan rajin beranak masa kanak-kanak mengeras rumah sewa beranak-pianak
ii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta yang gemar berjudi dengan sperma memukul-mukul rotan dan obat antibiotika jeritan malam dari kampung sebelah rumah tangga tak bisa berdoa
iii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta yang tinggalkan kesendirian tanpa pesan dalam sumur kematian
sunyi yang terlantar sakit terus berkepanjangan dibantingnya tubuh tanpa nyanyian disodorkan singkong racun penderitaan
iv/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta meninggalkan kami dalam keterasingan anakmu yang perempuan menyilet lengan bau minuman keras menyusup malam lenggang tarian-tarian liar di pinggir jalan sampai derita membuntingi dewa kekejian
v/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta engkau telah turun ke dunia orang mati tak pandai aku mengeja Injil tak ada lagi pohon natal yang bisa berkelahi
tigapuluhtahun menyembah bangunan baal berzinah dengan betsyeba kejam dan keji seperti atalya
vi/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta aku terkapar sekarat di rumah-rumah perempuan sundal dibalut tulang kering sakit kelamin
rajin bersetubuh dengan pemanggil arwah, roh peramal masuk ke dalam kamar empatpuluh abad berenang di atas tikar rawa-rawa dosa menggelepar
vii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta lihatlah anakmu telah hidup dalam kebenaran melayani ibu-ibu berkebaya emas bermata berlian memuji Tuhan jadi pelayan sambil menantikan kedatanganMu yang kedua kali
Pamulang, Selasa 27 April 2021
IBUNDA
1// minggu siang tak secerah yang lalu hari itu ada musibah letih tubuh menangis sukma bunda pergi untuk selama-lamanya sakit dan penderitaan
2// dengarlah suara lirih sajak ini dimuntahkan dari isi hati meskipun jasadmu dalam liang kubur rohmu pasti mendengar terjahit dalan batin terluka
3// engkau meninggalkan kami kenangan dan nirmala pesan sorga pasti tempatmu kebaikanmu jadi pahala siap membuka pintu-pintu langit biru
4// ketika mulutmu sudah lumpuh tak bisa bicara ketika perutmu tak bisa mengunyah manna aku seolah-olah merasakan penyakit kutuk sehingga airmata ini terus mengalir ke tong sampah rumah sakit beracun
5// kupandang lagi tubuhnya yang makin mengecil mau bersatu mesra dengan malaikat maut aku tak bisa berbuat apa-apa selain terus menulis sajak ini tentang doa yang sekarat sepi yang makin kurus nyawa yang tak terurus
6// pada akhirnya ibunda menutup mata giginya tinggal tulang belulang bumi pun berhenti berputar dari sebelah tangan kanan penyair yang nyaris kelaparan
Pamulang, Kamis 19 Mei 2022
KIDUNG MALAM HARI
kusalin kidung-kidung terluka- tanpa rebana nyanyian mezbah makin rebah tak berdaya
matahari terbenam dalam dingin cuaca kering
lalu kulihat di matamu katarak amarah membara
selalu terbesit persungutan berair tak juga mencair
bernyanyilah untukku kesunyian apel malam mengeja kitab suci mari kita bermazmur sampai dinihari
hari-hari sendiri lagi malam menjelma jadi hujan jadi kekelaman
hanya menghitung bintang-bintang sampai langit ketiga nada nyanyiannya makin sendu tersedak
oi, aku kembali jadi batu
Jakarta, Senin, 25 September 2023
TANGISKU UNTUK PULAU REMPANG
tangisku untuk pulau rempang dulu hidup damai dengan bertani, berkebun, dan melaut di atas hamparan lahan ribuan hektare
kini terhempas keji kejam tak bisa dibendung senjata dan gas air mata
tangisku untuk pulau rempang mengalir amat deras dari wajah ibu dan anak di tanah adat melayu tergusur dari hunian yang dibangun di atas hamparan samudera raya menjelma jadi pabrik kaca tajam dan berdarah
jeritan kesakitannya karena telah kehilangan rumah, masa depan, dan tanah air sendiri sampai juga ke pintu istana emas dan gudang-gudang persenjataan membawa duka kemiskinan tipuan triliunan rupiah
mulut-mulut berapi investor omong kosong dengan gigi kekerasan mengigit rakus matahari bahkan mereka hanya mau menawarkan semangkuk sup- racun tumbuhan
lihatlah, nelayan tak mampu lagi berenang dengan kail dan ikan sebab lautan telah berubah jadi ratusan dajal menyelam liar membawa tangisan histeris untuk penduduk pulau rempang
ini duka kita semua berakhir dengan kepiluan kesedihan di tanah kuburan kematian yang dipaksakan
memanjang sampai akhir kehidupan kehilangan mata pencaharian dalam penderitaan ujian iman dan doa syafaat harus segera dilayangkan sangat keras sekeras batu karang
walaupun berakhir bentrok membara kaki-kaki yang muntah rambut panjang yang pecah tak lagi menerbitkan seberkas cahaya airmata putus asa
Jakarta, Kamis, 28 September 2023
SEPTEMBER MENGERIKAN
seribu peluru persungutan liar- dimuntahkan dari genting rumah jatuh di dasar sumur air tanah makin memuakkan
bahkan suara ledakannya tak mampu tembus cakrawala garis jingga ditelan minyak jelantah dikunyah bau busuk mulutnya
siapa lagi awal bulan ini mau memberi sepotong daging segar jelang hari ketujuh mengetuk pintu tannyamu seperti suara kidung putus asa
mari, tetap kita nyalakan obor berjalan dengan tiang api di atas mezbah sajakku pesta kelaparan mau digelar hambar
ingat, teriakmu tak ada hawa napsu birahi dikunci tiap dinihari menebar benih kesakitan sangat membosankan
pergilah ke gurun pasir tusuk tenggorokanmu pecah berdarah tak ada hujan
september telah datang makin mengerikan kembali dihadirkan lewat tangisan bayi dalam kandungan
karena doa deras dilayangkan tiap malam tak mampu lagi membendung pikiran dan ramalan digenapi sungguh menyakitkan
Jakarta, 20 September 2023
PENYAIR BERMATA BATU
penyair bermata batu masuk usia suntuk seharian menyalin meditasi agar ada sajak-sajak suci mengalir dari mata air sungai kehidupan anak domba yang disembelih tanpa tulisan suara sunyi terus berbisik berguguran benih matahari
supaya jangan ada lagi amarah meledak bau busuknya menyusup dalam perutmu kian mengecil aku suka berkelamin
penyair bermata batu ikut kecewa anaknya senang berhala tak lagi pandai berucap sedap ia terjebak di pulau-pulau terluar
sambil terus berdansa menghisap mimpi tidurnya bermalam di padang kelam
penyair bermata batu lalu melarikan sajaknya ke gedung kesenian rakyat di sini ia bertemu para pujangga punya lidah tajam seperti pisau cukur tua
mereka lalu bertukar wajah dengan presiden penyair tak lagi mabuk anggur dipetik dari ribuan bintang sampai langit ketiga
aku sendiri mau menyendiri lantaran tak sanggup menatap penyair bermata batu keluh kesahnya semakin terluka memerah dalam sajaknya yang kelaparan ini
Jakarta, Juli 2023
SEPTEMBER MENGERIKAN, OKTOBER MAKIN MENCEMASKAN
september mengerikan oktober makin mencemaskan sudah berjalan perlahan-lahan keras menegangkan
tangisan berulang jadi nafas kesakitan di ranjang hanya bisa kusantap sperma menjijikkan dosa turunan ditiup angin kemarau panjang diselesaikan di bukit-bukit memanjang
september mengerikan oktober makin mencemaskan aku ketakutan dalam kamar khayalan menjelma jadi ribuan mata uang
hujan tak bisa hapuskan kegelisahan disebar pepohonan yang tak pernah disiram sampai tumbuh matang
setelah melalui perjalanan paling memalukan akhirnya tibalah para pejalan malam beristirahat dalam alur sungai membusuk diterjang bangkai binatang diam-diam menyusup dalam bulan telanjang
september mengerikan oktober makin mencemaskan lihatlah dari negeri seberang lautan perzinahan telah membuntingi anak-anak tanpa akte kelahiran tanpa masa depan
hanya tersisa kemarahan menebas.pisau kematian terputus di ujung dermaga kekelaman.
BIODATA : Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.
Setelah itu karya puisinya sejak tahun 1980 sampai tahun 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 186 media online/website dan majalah digital baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India. Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.
Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta (KSJ), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan, Forbes TIM, dan Sastra Semesta.
Sering diundang baca puisi , khususnya di PDS.HB.Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Bekerja sebagai wartawan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Kontak Person : 08561827332 (WA) Email : pulo_lasman@yahoo.com Instagram : @lasman simanjuntak Tiktok : @lasmansimanjunta Facebook : Bro Youtube : Lasman TV
Penulis : Alfian
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak