
MEMOonline.co.id. Sumenep - Sosok budayawan yang satu ini, mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia secara umum, dan masyarakat Madura Jawa Timur secara khusus.
Pasalnya, sosok yang satu ini sudah puluhan tahun malang melintang didunia yang membesarkan namanya saat ini.
Ia adalah H. IBNU HAJAR, M.Pd. Sastrawan dan Budayawan nasional yang juga alumni Pondok Pesantren Matha’liul Anwar, Pangarangan-Sumenep.
Pria yang menikahi Hj. Siti Aisyah, pada tahun 1992, serta dikaruniai seorang anak yang diberi nama Bella Rosaily Hajarputri ini, lahir di Sumenep, pada 7 Juli 1971.
Beliau Menempuh pendidikan tingginya di Univ. Muhammadiyah Malang pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan PMP-Kn.
Tidak cuma itu, Ibnu Hajar juga menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana (S2-nya) di Univ. Kanjuruhan Malang, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ia mulai aktif menulis dan mempublikasikan karyanya sejak duduk di bangku kelas dua MTsN Sumenep.
Tulisannya kebanyakan berupa puisi, disamping cerpen, essai, novel.
Selain itu, beliau telah mengeditori beberapa buku sastra: Kasih di Antara Dua Titian (2002), Harapan yang Terkoyak (2002), Ayah (2002), Balada Seorang Virgi (2002).
Tahun 1995 mengikuti Kemah Seni se-Indonesia di Taman Budaya Surakarta, Solo, Temu Sastra se-Indonesia di Batu Malang tahun 1996.
Kemudian pada tahun 1997 diundang Komunitas Sastra Indonesia (KSI) untuk baca puisi di Gedung Pusat Dokumentasi Sastra HB. Yassin-TIM Jakarta.
Bulan Oktober 2003 diundang mengikuti acara “Temu Sastra Kepulauan IV dan Kampung Budaya 2003” di Makassar-Sulawesi Selatan.
Karya-karyanya telah di publikasikan di berbagai media massa seperti, Republika, Swadesi, Pelita, Romansa (Jakarta), Bernas, Jogja Post, Kuntum ,Advokasia, Suara Muhammadiyah (Yogyakarta), Pikiran Rakyat, Jendela News Letter (Bandung), Surya, Memorandum, Bhirawa, Karya Darma, MPA (Surabaya), Analisa, Singgalang (Sumatera), Bali Post, Nusa Tenggara (Bali), dan lain-lain yang tak terlacak.
Selain itu, beberapa puisinya juga terkumpul dalam berbagai antologi, di antaranya: Tagih (1995), Nuansa Diam (1995), Sajak-sajak Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka (TBS 1995), Getar II(1996), Bangkit III (1996), Kleptomania (1996), Instrumentalia Hening (1997), Surat Tugas Dari Jembatan (1997), Antologi Puisi Indonesia ’97 (KSI 1997), Tamansari (FKY 1998), Istana Loncatan (1998), Pertemuan di Balik Tanah (1999), Wulan Sendhuwuring Geni (1999), Kampung Indonesia Pasca Kerusuhan (2000). Antologi puisinya yang berbahasa Madura Nyelbi’ E Nemor Kara (1999).
Salah satu puisi bahasa Maduranya yang berjudul “Bulan Tasellem Ka Sagara” telah diterjemahkan ke dalam tiga bahasa ( Indonesia, Inggris dan Jepang), oleh Yayasan Obor Indonesia Jakarta bekerjasama dengan The Ford Foundation (1999). Pada hari Jadi Sumenep ke-725, ia menjadi Juara II lomba penulisan puisi bahasa Madura se Madura, serta pada tahun 2000 terpilih menjadi 10 terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra se Indonesia dengan judul “Estetika Fakta-Fiksi di Tengah Hegemoni Kekuasaan” yang diadakan oleh DEPDIKNAS Jakarta.
“De Duistere” sebuah novel yang ditulis bersama Edi AH Iyubenu dimuat sebagai cerita bersambung di harian Jogja Post (1997).
Mantan Koord. Divisi Sastra Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) NU Cab. Sumenep ini, juga dikenal sebagai kontributor pemikiran pada kelompok GHOT Sumenep dan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Sumenep (2001-2006).
Terakhir dia adalah Dewan Komisaris pada Penerbit DIVA Press Jogjakarta dan telah menulis lebih dari 26 judul buku mulai dari politik,filsafat dan sastra.
Penulis : Samauddin
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak