Tangis Nabila Pecah Ditengah Hiruk Pikuk Aktivis GMNI dan Masyarakat Dua Desa Menyuarakan Keadilan Alm. Ayahnya

Foto: Nabila, putri alm. Herman saat ditenangkan pihak keluarga di pinggir sungai
1272
ad

MEMOonline.co.id. Sumenep  - Tangis putri alm. Herman yakni Nabila (3 tahun), yang dibawa serta neneknya menyuarakan keadilan terhadap alm. ayahnya, mendadak pecah ditengah hiruk pikuk ratusan massa GMNI dan masyarakat dua desa, Kamis (17/03/2022).

Balita tiga tahun tersebut, terlihat ketakutan dan belum siap berada tengah - tengah ratusan massa aksi, dari Desa Gadu Timur, Kecamatan Ganding, dan Kecamatan Lenteng, serta aktivis GMNI.

Apalagi saat itu, suara para orator tampak lantang menyuarakan keadilan terhadap terduga begal yang menjadi korban penembakan sadis lima oknum polisi.

Akibatnya, pihak keluarga harus kerepotan menenangkan Bela (panggilan akrab sehari - hari Nabila) ke pinggir sungai, yang ada di depan Mapolres Sumenep.

"Aneka takok paleng mas (ini takut paling mas)," kata salah satu keluarga Herman, menggunakan bahasa Madura.

Sementara kedatangan ratusan massa dari keluarga Herman (Korban Penembakan Brutal oknum polisi) bersama aktivis GMNI ke Mapolres Sumenep, untuk menuntut keadilan atas kematian pria yang diduga akan membegal motor seorang perempuan, di Jln. Adirasa Ds. Kolor, pada (13 Maret 2022) kemarin.

Padahal kondisi Alm. Herman (terduga begal red) saat itu dalam kondisi stres akibat faktor keluarga.

Sehingga, ratusan pendemo menilai lima oknum aparat Kepolisian Resort Sumenep telah menciderai hukum sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sebab lima oknum tersebut telah memberondong tubuh Herman dengan timah panas, hingga menyebabkan korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

“Herman bukan hewan Pak. Kenapa dibunuh dengan cara sadis kayak gitu,” ujar Afis Mawardi, salah satu perwakilan massa dengan nada lantang.

Harusnya kata dia, almarhum Herman dilumpukna saja.

“Kami meminta keadilan datangkan lima anggota yang telah menembak saudara almarhum Herman,” kecamnya.

Hasil pantuan wartawan, di tengah-tengah orasi berlangsung istri dan anak almarhum Herman menangis histeris. Dan juga meminta keadilan atas kematian Almarhum Herman.

Kapolres Sumenep, AKBP Rahman Wijaya, S.I.K., SH., MH., mengaku bahwa jika pihaknya telah membentuk tim khusus untuk melakukan investigasi peristiwa 13 Maret 2022 di Jln. Adirasa Kolor tersebut.

“Mari kita sama – sama menunggu hasil investigasinya. Tentu hal itu dilakukan sesuai prosedur. Kami juga sedang menunggu hasil investigasinya,” ucap Rahman.

Selain itu, pihaknya juga meminta maaf kepada keluarga almarhum Herman atas insiden ini.

“Atas nama kelurga besar Polres Sumenep, turut bela sungkawa atas meninggal saudara Herman, semoga almarhum diampuni dosa – dosanya dan diterima disisinya,” tandasnya.

Penulis      :   Satrio

Editor        :   Udiens

Publisher  :  Isma

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Sumenep- Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Sumenep menggelar kegiatan pendadaran serentak untuk menguji kesiapan mental...

MEMOonline.co.id, Sampang- Masa kepengurusan Persatuan Wartawan Sampang (PWS) periode 2023–2025 akan segera...

OPINI- Di balik gemerlap industri rokok di Kabupaten Sumenep, terdapat realitas kelam yang tak lagi bisa disangkal. Bisnis yang tampak makmur ini...

MEMOonline.co.id, Jember- Satuan Reserse Narkoba Polres Jember menangkap dua puluh tujuh pelaku yang terlibat dalam jaringan peredaran narkotika...

MEMOonline.co.id, Lumajang- Pria Inisial 'B' oknum perangkat desa di Kecamatan Klakah, terduga maling sapi ditembak polisi. Ia digelandang...

Komentar