
MEMOonline.co.id, Kupang– Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kembali menunjukkan aktivitasnya, Rabu (28/7/2021).
Erupsi terjadi dua kali. Pertama, pada pukul 00.24 Wita dan letusan berikutnya pukul 07.22 Wita.
Media Informasi Bencana, melalui akun Twitter @infobencan melaporkan, getaran letusan tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 45 mm dan durasi 49 detik.
Kolom Erupsi berwarna kelabu tebal, tinggi 1000 m di atas puncak condong ke arah barat, disertai dentuman kuat.
Letusan disertai gemuruh kuat juga terjadi lima hari sebelumnya, Jumat (23/7/2021) pukul 23:05 Wita.
Getarannya tercatat di seismograf dengan amplitudo 7 mm, durasi 29 detik, tulis @infobencan.
Dua pekan sebelumnya, Rabu (14/7/2021) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui akun Twitter @PVMBG, menyiarkan, terjadi lagi Erupsi pada pukul 18:08 WITA.
Minyak Goreng Berlokasi di Tangerang Letusan tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 12 mm dan durasi 32 detik.
Kolom Erupsi berwarna kelabu hingga hitam tebal, tinggi 800 m di atas puncak condong ke arah barat.
Sebelumnya, antaranews.com menyiarkan, Pos Pemantau Gunung Api Ili Lewotolok di Lembata, melaporkan, Selasa (13/7/2021) pada pukul 10.06 WITA kawah Ile Lewotolok mengeluarkan asap putih.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian, Selasa, mengatakan ketinggian material pada Erupsi siang ini saat itu fluktuatif.
“Betul sekarang cukup fluktuatif tinggi kolom abunya. Beberapa waktu lalu sempat mencapai 700 meter, kemudian hari ini 800 meter terkadang juga naik sampai 1.000 meter,” katanya.
Ia menjelaskan, jika diukur dari permukaan laut, maka tinggi kolom abunya mencapai kurang lebih 2.223 meter.
Ia juga menambahkan, kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.
Erupsi juga terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi kurang lebih 32 detik.
Berdasarkan pengamatan 24 jam yang dilakukan petugas pos pengamatan Gunung Ili Lewotolok, Erupsi itu terjadi karena sistem kawah tertutup, sehingga terjadi letusan eksplosif.
‘Saat ini gunung dalam keadaan status level III atau siaga,” katanya.
Ia menyarankan masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok mewaspadai ancaman lahar terutama di saat musim hujan.
Di samping itu juga ia mengingatkan warga, mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya.
Karena itu masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Pos pemantau, katanya, selama ini tetap siaga dan memantau untuk memastikan bahwa tak ada semburan abu yang lebih besar dan tinggi yang dapat membahayakan warga di sekitar gunung itu.
Ia juga mengimbau semua pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata.
“Jangan menyebarkan narasi bohong dan tidak terpancing isu-isu tentang Erupsi Gunung Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya,” demikian Stanislaus Ara Kian.
Penulis: Siberindo.co
Editor: Udiens
Publisher: Lina