
MEMOonline.co.id. Sumenep - Ketika menyebut 'Pondok Pesantren', yang terlintas pertama kali dalam benak adalah identitas sebagai santri yang bisa membaca kita kuning (tanpa harkat). Namun kenyataannya, tidak semua santri yang menimba ilmu di lingkungan pesantren bisa membaca kitab kuning tersebut. Bahkan, tak jarang masih banyak dari santri yang merasa kesulitan ketika mempelajarinya.
Berangkat dari fenomena cukup memprihatinkan ini, Yayasan Miftahul Huda, Ellak Laok, Lenteng, Sumenep, melakukan upaya positif untuk mengembalikan ciri khas sebagaimana mestinya pesantren agar santrinya memiliki bekal ilmu 'alat dan bisa membaca kitab kuning dengan baik.
"Prihatin karena melihat beberapa fakta, tidak hanya pesantren di sini tapi juga di pesantren lain ada yang mengalami hal serupa, maka kami berikhtiar melakukan pelatihan ini," terang Kiai Adnan Mas'odi (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda, Ellak Laok) Selasa, 14 Maret 2023.
Kiai Adnan (sapaan akrab pengasuh Ponpes Miftahul Huda) mengatakan, pihaknya menggelar pengenalan pelatihan baca kitab kuning dengan cara cepat selama 3 hari, Jumat - Minggu (10-12/03/2023) lalu. Pelatihan itu diikuti oleh puluhan santri dan beberapa guru pendamping yang berlangsung di Auditorium Kiai Zakaria.
Dengan melakukan pemanggilan salah satu pembimbing atau guru yang berkompeten di bidangnya, yakni Pengasuh Pondok Pesantren Sumber Emas sekaligus Pengarang Kitab Al-Fatih, asal Rombiya Barat, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Kiai Mufti Ali, pihaknya berharap agar yayasan yang dinaunginya bisa mencetak generasi berkualitas di bidang ilmu agama melalui pemahaman dari kitab kuning yang dipelajari. Tidak hanya memprioritaskan sekolah formal yang juga ada di lingkungan pesantren, tetapi agar keduanya dapat berjalan seimbang.
"Banyak santri di pesantren-pesantren yang sudah tidak kompetable lagi untuk membaca kitab. Padahal biasanya pesantren itu sejak dulu sangat mumpuni pada santrinya untuk bisa baca kitab kuning," lanjut Kiai Adnan.
Lebih lanjut, Kiai Adnan mengatakan, selain mengembalikan ciri khas pesantren yang identik dengan santri bisa baca kitab kuning, hal itu juga bertujuan sebagai pondasi yang ditanamkan pada santrinya untuk memahami khazanah keilmuan dan ilmu syariat lebih mendalam.
Melalui kitab panduan yang disusun Kiai Mufti Ali, yakni kitab Al-Fatih (15 juz), santri bisa mempelajari ilmu baca kitab kuning dari tingkatan paling dasar. Sebanyak 75 orang santri dari siswa/i tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan siswa/i tingkat Madrasah Aliyah (MA) berikut 5 guru pendamping mengikuti pelatihan itu dengan tampak semangat dan antusias.
"Alhamdulillah, santri antusias mengikuti pelatihan ini dan semoga menjadi awal kebaikan untuk bekal di hari selanjutnya," terangnya.
Masih kata Kiai Adnan, bagi santri yang sudah memiliki basic sebelumnya, maka rentang waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari ilmu baca kitab ini membutuhkan waktu antara 3 hingga 4 bulan.
"Dan nanti pada Bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini, Insya Allah kita akan menggodok semua santri yang ikut pelatihan kemarin itu untuk benar-benar bisa. Kalau pun sekolah libur tapi pondok pesantren di sini tetap ada kegiatan, yaitu mukin agar bisa belajar lebih intens lagi" tutupnya.
Penulis : Elok Andriani
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak