
MEMOonline.co.id, Lumajang - Warga Desa Tunjung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang Jawa Timur, memasang besi tegak diruas kiri dan kanan jalan Dusun Kidul Sawah Desa setempat, Rabu petang (29/4/2020).
Warga beralasan, kendati jalan yang menghubungkan desanya dengan Desa Gedang Mas itu dilalui angkutan tebu saat musim panen oleh PG Jatiroto, hingga kini belum ada kontribusi.
Iksan warga Tunjung berkata, jalan tersebut mulanya tanah pajak milik warga. Namun, seiring berjalannya waktu tempo dulu, warga sepakat dijadikan jalan sekira berukuran lebar 2,5 meter guna mempermudah akses pertanian.
Akan tetapi, jalan tersebut kian dilalui truck angkutan tebu oleh PG Jatiroto, semenjak lori tak lagi digunakan.
"Tujuannya supaya diaspal oleh pabrik PG. Karena ini tanah milik warga. Kalau yang ke barat itu ya tidak masalah. Beda dengan yang ini, milik warga makanya kami berani nutup," kata Iksan.
Pria paruh baya itu, dengan gigihnya menancapkan besi sembari diikuti warga lain yang sependapat.
"Ini warga kompak, bukan kehendak desa (Pemerintah Desa). Kalau diaspal ya kami buka lagi besinya. Kalau tidak ya tetap tutup," imbuh dia.
Ditanya seberapa lama, Iksan berkata sudah lama. Hingga kini ucap dia, belum ada kontribusi apapun dari pihak PG Jatiroto.
"Hanya kalau musim panen, ini diberi batu bersar agar rata. Setelah itu ya dibiarkan berserakan begitu saja," tukasnya.
Disisi lain, menghindari terjadinya hal - hal yang tidak diinginkan, tokoh masyarakat setempat, Buari, datang menemui warga dan menegaskan, pihaknya selaku anggota DPRD Kabupaten Lumajang dari Fraksi PDIP akan memperjuangkan aspirasi warga.
"Menindak lanjuti keinginan masyarakat kiranya dalah tahun ini bisa diaspal. Disini masyarakat berdasarkan pada tidak adanya kontribusi dari PG Jatiroto selama masih zaman belanda," terang Buari.
Ia juga mengutarakan, searah dengan apa yang ucapkan Iksan. Kata dia, jalan tersebut memang bermula dari tanah masyarakat yang kemudian dijalan jalan secara suka rela.
"Karena masyarakat ngasi jalan, ya ada jalan. Umpama masyarakat tidak ngasih ya tidak ada jalan," imbuh Buari, dimana diwaktu sebelumnya, dirinya pernah menjabat senagai kepala desa dalam masa dua periode.
Meski dipasangi besi, namun warga masih bisa berlalu lalang dijalan tersebut. Karena, warga saat itu memperkirakan hanya agar tidak bisa dilalui truck angkutan tebu.
Sementara untuk kendaraan roda dua dan tiga, masih bisa melintas seperti biasanya. (Hermanto)