
MEMOonline.co.id, Sumenep - Berdasarkan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Tanggal 27 Oktober 2020 Nomor : K26-30/B6507/X/20.01 Perihal Penyampaian Hasil Integrasi Nilai SKD-SKB CPNS Pemerintah Kabupaten Sumenep Tahun 2019.
Hasil tes seleksi kompetensi bidang (SKB) diumumkan pada 30 Oktober 2020 lalu. Dari 647 peserta yang ikut tes SKB, calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang lolos tes hasil akhir berjumlah 298 orang.
Dengan jumlah formasi PNS yang tersedia di Kabupaten Sumenep sebanyak 310 formasi. Rinciannya, tenaga kesehatan sebanyak 95 orang, tenaga teknis 67 orang, tenaga teknis pertanian 45 orang, dan tenaga kependidikan 103 orang.
Uniknya, dari 298 peserta yang lolos tes CPNS tersebut, satu orang diantaranya merupakan anak Bupati Sumenep Abuya Busryo Karim. Yakni Liziyyanninda di formasi tenaga kesehatan.
Sontak hal itu mengundang kecurigaan banyak pihak. Pasalnya, diduga ada praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam kelolosan anak Bupati tersebut.
Ketua Aliansi Pemuda Indoensia Sumenep (ALPIS) Adianto Ayyub mengatakan, independensi kelolosan putri Bupati itu perlu dibuka ke publik, mulai hasil tes awal hingga akhir.
"Secara hukum memang tidak salah, tapi secara etik Bupati meng-SK-kan dan mengangkat anaknya sendiri kan mencurigakan," katanya. Rabu (11/11/20).
Ia menerangkan, publik harus tahu bagaimana mekanisme kelolosan itu. Sebab, sangat tidak etis apabila anak Bupati tiba-tiba lolos CPNS tanpa ada klarifikasi yang jelas.
"Anak presiden saja tidak lolos, bagaimana mungkin anak Bupati bisa lolos, ini pertanyaan besarnya," terang dia.
Sementara itu, kepala Badan kepagawaian dan pengembangan sumber daya manusia (BKPSDM) Sumenep Abdul Madjid menyampaikan, kelolosan Liziyyanninda murni hasil tes sesuai standar dan tahapan seleksi CPNS.
"Tidak ada KKN itu, saya berani jamin," tukasnya.
Menurut Abd Madjid, anak Bupati tidak hanya sekali ikut tes CPNS, sebelumnya juga pernah ikut dan tidak lolos.
"Putri beliau ikut dua kali, tahun kemarin tidak lolos karena tempatnya di rumah sakit, sekarang beliau anaknya milih di Arjasa, kebetulan pesertanya dua orang, cuma satu orang tidak hadir, otomatis dia jadi," paparnya.
Ia menambahkan, dari 298 peserta yang lolos, masih ada 12 formasi kosong yang belum terisi. Hal itu dikarenakan ketatnya proses seleksi dan ditambah lagi ada bebera peserta yang tidak hadir dalam tes.
"Secara otomatis yang absen saat tes dinyatakan gugur," tandasnya. (Zain/Tim).