
MEMOonline.co.id, Sumenep – Lantaran saat ini sudah tidak lagi ada festival bonsai, pecinta bonsai di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, membikin wadah, untuk menampung para pecinta bonsai yang ada di daerah itu.
Sebab seni, ternyata tidak melulu bertumpu pada alat yang menimbulkan bunyi, ataupun yang memunculkan gerakan seperti halnya tubuh.
Melainkan seni adalah keindahan, yang bisa ditimbulkan oleh berbagai benda, tak terkecuali benda hidup seperti halnya pohon.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Sumenep, selain di daerah tersebut tumbuh beraneka ragam seni, ternyata ada satu seni yang sengaja diciptakan oleh masyarakat setempat, yang bahannya diambil langsung dari alam bebas.
Ia diberi nama bonsai, karena bentuknya sangat kerdil, serta nilai seninya cukup tinggi.
Tidak hanya itu, ternyata bonsai termasuk tanaman bernilai seni, yang harganya cukup menggiurkan.
Tak heran bila banyak masyarakat, sangat hobi memelihara tanaman bonsai, lantaran harganya cukup menjanjikan.
Januar Herwanto, ketua Perkumpulan Pencinta Bonsai Indonesia (PPBI) Kabupaten sumenep mengatakan, bahwa selain dapat menciptakan keindahan lingkungan bonsai juga dapat mengangkat ekonomi masyarakat, karena mempunyai harga jual yang tinggi.
"Ide besarnya, kita dapat merangkul pencinta bonsai, dari sisi ekonomi juga dapat karena bonsai yang bagus harganya sangat mahal, dan ini dapat mendongkrak prekonomiam masyarakat di Desa," ungkapnya saat di temui di rumah Hoyya, Kepala Desa legung barat, Minggu (25/07/2018).
Sedangkan di Desa, lanjut Januar, banyak tanaman indah yang tumbuh di ladang ladang masyarakat, kalau dirawat dengan baik itu akan menghasilkan bonsai yang memukau, sayangnya kadang itu tidak dilakukan padahal itu bisa menjadi uang yang banyak.
Selain seni, bonsai juga memiliki kajian psikologis, panorama dijadikan media untuk menghilangkan stres, menjadikan keindahan alam sebagai penyegar pikiran
" Itu berawal dari pengeran cina yang merasa stres di dalam rumah, akhirnya ia keluar untuk melihat keindahan alam lalu dengan imajenasinya ia ingin rekaman alam yang dilihat itu mau diperkecil agar bisa di taruh di rumahnya, lalu dinamailah bonsai" tuturnya.
Hoyya, sebagai tuan rumah dalam acara pertemuan PPBI juga berharap agar pertemuan yang sudah terlaksana itu tidak hanya membuang buang waktu bagi para pencinta bonsai, tetapi ada manfaat besar yang dapat di petik.
Pada dasarnya, tutur hoyya lebih lanjut, bakalan bonsai masih banyak yang hidup di alam liar khususnya di kecamatan Batang-batang, cuman mungkin saja masyarakat desa ada yang belum tahu atau bahkan kurang menyukai bonsai, sehingga bakalan bonsai itu kurang terpelihara atau tidak dipelihara sama sekali.
Semoga PPBI yang sekaarang bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk memberdayakan tanaman bonsai, dengan begitu bakalan bonsai yang mempunyai bentuk bagus dapat terjual dengan harga yang menggiurkan
"Minimal para pencinta bonsai kebelakangnya, dapat pengetahuan dan juga pengalaman bagaimana cara merawat bonsai yang bagus dan baik, sehingga punya nilai jual yang tinggi" harapnya. (Nikris/diens)