
MEMOonline.co.id- Jember - Tiba-tiba saja kawasan dekat Sungai Jompo,Jalan Raya Sultan Agung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendadak ambrol, Senin (2/3/2020) pagi ini. Tujuh rumah toko pun roboh masuk ke dalam sungai yang berada di bawah jalan tersebut.
Jalannya yang sudah lama ambles kini kondisinya semakin parah dan membuat sejumlah ruko di sisi jalan itu ambruk hingga masuk ke sungai Jompo.
Anas, salah satu warga, mengatakan, jalan itu ambrol sekitar pukul 04.15 WIB, setelah sehari kemarin hujan deras mengguyur Jember. “Ada tujuh ruko yang ambruk. Tidak ada korban jiwa setahu saya,” katanya.
Anas menyesalkan tidak adanya perbaikan segera jalan tersebut, walau sudah ada tanda-tanda keretakan. April 2019, pemerintah memasang penutup dari plastik di atas rangka bambu sepanjang 73 meter. Sepanjang dua sisi titik retakan dipasang batu bata yang disemen.
Saat ini, jalan yang ambrol tersebut menjadi tontonan warga yang berlalu lalang. Jalan Sultan Agung adalah jalan protokol di Jember. Setiap kendaraan dari arah Surabaya akan selalu melewatinya jika hendak menuju alun-alun atau pusat kota.
Kepala Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Nur Khavid Abdillah pernah meninjau titik jalan di dekat jembatan Jompo itu, Selasa (29/10/2020). Saat itu, jalan tersebut sudah ambles 2,06 centimeter bergeser ke arah vertikal dan turun ke arah horisontal 2,8 centimeter. “Jembatannya dulu bergeser 32 centimeter, sekarang bergeser menjadi 52 centimeter. Padahal jembatan itu tidak diperbolehkan bergerak sama sekali,” katanya saat itu.
Tahun ini sebenarnya akan ada perbaikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, terkendala oleh deretan ruko di tepi Sungai Jompo. Di sana ada 30 rumah toko, dan 15 di antaranya akan terdampak parah saat ada perbaikan. Khavid menyerahkan soal relokasi ruko itu kepada Pemerintah Kabupaten Jember. “Kami tidak ada item anggaran pembebasan lahan,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur M. Satib meminta Pemerintah Kabupaten Jember merelokasi deretan rumah toko di tepi Sungai Jompo saat itu. “Ini bukan hanya persoalan fisik bagaimana jalan ini harus diperbaiki. Tapi persoalannya di atas jalan ini ada penghuninya. Kita harus melakukan tindakan secara komprehensif,” kata Satib, saat meninjau lokasi ambles itu bersama Khavid.
“Kalau kita ingin memperbaiki jalan secara permanen, maka penghuni ini harus bisa direlokasi. Kalau bangunan tetap dipertahankan, sementara kita menangani turunnya (amblesnya) badan jalan ini, ya sifatnya sementara. Tidak bisa permanen karena keterbatasan area dan beban juga tak bisa terkurangi,” kata Roni. (Inul)