
MEMOonline.co.id, Sumenep – Meski selama ini namanya belumlah viral seperti wakil rakyat lainnya, sosok Ny. Zulfah, begitulah panggilan akrabnya, ternyata memiliki segudang aktivitas, yang terkesan sengaja tidak di publish di media.
Sehingga, sepak terjang wanita tangguh yang sekarang aktif sebagai anggota dewan dan tergabung di Komisi I DPRD Sumenep, Madura ini, dan memperjuangkan kemakmuran rakyat dan kesetaraan gender, tidak banyak diketahui masyarakat luas.
Tugas guru pesantren atau (ibu Nyai red) yang disandangnya sejak dirinya menikah, tidak menghalanginya untuk beraktivitas diluar pesantren.
Keinginannya untuk membuktikan bahwa perempuan tidak hanya berada di ruang lingkup rumah saja, memacunya untuk terus maju dan beraktifitas diluar rumah.
Meski pada awal dirinya masuk menjadi anggota DPRD Sumenep, sempat merasa tidak betah dan ingin berhenti mejadi wakil rakyat, lantaran semua anggota DPRD yang menjadi rekan kerjanya berjenis kelamin laki-laki, dan sama sekali tidak ada yang dia kenal.
Masa-masa seperti itu berlangsung hingga setengah tahun lamanya. Namun karena keinginannya yang begitu tinggi untuk merubah ‘Mendset’ masyarakat tentang wanita, dan ingin membuktikan bahwa perempuan itu juga bisa hebat seperti laki-laki, bahkan perempuan juga bisa melebihi laki-laki, membuat perempuan ini bertahan.
Disamping itu, keluarganya seperti bapaknya yang selalu memberikan restu, serta dorongan dari suaminya, akhirnya dia mulai betah dan bisa bekerja dengan normal di kantor DPRD.
Tapi, meski dirinya sudah memiliki jabatan sebagai anggota DPRD ia tidak pernah lupa bahwa ia adalah seorang petani. Sehingga ia pun menyempatkan dirinya untuk menanam padi, bawang, jangung dll.
Namun setelah masa jabatannya mulai mau habis ia malah mendapat titah dari suaminya, untuk lebih fokus mengurus pesantren di rumahnya.
Mendengar ajakan suaminya ia langsung meminta pendapat bapaknya, karena ia tidak bisa menolak ajakan suaminya karena sudah menjadi kewajiban seorang istri patuh terhadap suaminya.
Namun, bapaknya megatakan bahwa jangan mengambil keputusan terburu-buru karena selama ia menjadi anggota DPRD ia banyak membantu pembangunan masjid, mengajukan propsal untuk perbaikan jalan yang sudah rusak yang tidak terurus sebelumnya. Saat itulah juga banyak masyarakat yang ingin dia mencalon lagi.
Demi kemakmuran masyarakat ia pun membicarakan perihal ini dengan suaminya, karena saat itu ia masih ingin melanjutkan prinsipnya, dan ia pun mengibarakan dirinya sebagai sebuah bunga, sedangkan dia masih berada di posisi ingin mekar, akhirnya suaminya pun menyetujuinya.
Melihat pada sosok Nyi. Zulfah yang perlu di garis bawahi adalah meskipun ia sudah menjadi anggota DPRD ia tidak pernah lupa bahwa ia juga seorang petani, karena mau bagaimanapun awal dari kehidupannya ia adalah sebagai seorang petani.
Dan lagi yang dapat di menjadi pelajaran dari pengalamnnya adalah rasa semangat dan inovatifnya untuk membuktikan perempuan juga bisa, yang katanya tugas perempuan hanya berada pada wilayah kasur dan sumur. (Eva/lia/diens)