
MEMOonline.co.id, Sampang - Rumpon ikan yang dipasang di laut milik beberapa nelayan di Desa Banyuates, kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur rusak dan ada yang hilang.
Hilang dan rusaknya rumpon itu Nelayan itu, diduga karena adanya aktivitas kapal milik Petronas yang tengah melakukan survei rencana Pengeboran Sumur Eksplorasi Hidayah-1 PC North Madura II Ltd.
Wakil Ketua Perkumpulan Nelayan Banyuates Suprapto menuturkan, nelayan di desanya banyak yang tidak mengetahui terkait adanya rencana pengeboran sumur Petronas.
Bahkan, ada sebagian nelayan yang kaget karena rumponya hilang.
“Rumpon yang hilang ada dua titik dan itu sudah didata. Tapi bisa saja jumlah itu bertambah mengingat survei titik lokasi pengeboran sumur dilakukan selama satu Minggu,” katanya, Jumat (09/10/2020).
Pihaknya menyayangkan kenapa kegiatan sosialisasi dari Petronas mengenai rencana Pengeboran Sumur Eksplroasi Hidayah-1 hanya dilakukan di tingkat kabupaten. Padahal tidak semua nelayan ikut sosialisasi tersebut.
“Seharusnya, sosialisasi itu diteruskan ke Kecamatan dan desa. Tujuannya agar informasi itu sampai kepada masyarakat nelayan,” ucapnya.
“Kami sudah mencoba menanyakan hasil sosialisasi itu ke salah satu nelayan yang ikut ke Pendopo. Tapi orang itu enggan menjelaskan alasannya karena dipesan untuk tidak bilang-bilang ke nelayan yang lain,” tuturnya.
Sementara itu, Camat Banyuates, Fajar Sidik saat ditemui di ruang kerjanya menepis jika nelayan tidak mengetahui adanya rencana pengeboran baru Petronas di wilayah Banyuates.
Karena sebelumnya kata fajar, kapal survei datang ke lokasi sumur eksplroasi Hidayah 1 pc North Madura II. Semua perwakilan LSM, Tokoh Nelayan, Tokoh Masyarakat dan para Kepala Desa (Kades) daerah terdampak telah diundang dan menghasilkan beberapa poin.
Diantaranya kesepakatan menganti rumpon setelah dilakukan pendataan dan identifikasi keberadaan rumpon.
“Semuanya sudah diproses sesuai dengan keinginan nelayan termasuk kompensasi dan ganti rugi rumpon," katanya.
Sementara, mengenai izin kemungkinan sebagian nelayan minim informasi, karena semua sudah disampaikan kepada perwakilan nelayan dan tokoh masyarakat saat sosialisasi di Pendopo beberapa waktu lalu.
"Karena miss komunikasi, sosialisasi akhirnya tidak sampai ke masyarakat nelayan," ujarnya.
Fajar juga menegaskan untuk kegiatan kapal survei ke lokasi Hidayah 1 sampai saat ini tetap berjalan sesuai dengan skedul yang ditetapkan apalagi sudah disepakati oleh semua pihak.
“Kaitanya dengan audiensi kemarin, kita sifatnya hanya memfasilitasi saja. Semua kebijakan itu ada di Pemkab dan Petronas,” singkatnya.
Hal senada juga dijelaskan oleh Kepala Desa (Kades) Desa Banyuates, Hj Nurul Hasanah, pihaknya mengaku telah memperjuangkan kompensasi terhadap seluruh warga terdampak dari kegiatan eksplorasi Hidayah 1, bukan hanya kaitanya dengan ganti rumpon saja.
“Untuk kompensasi kepada warga sudah saya perjuangkan saat sosialisasi di Pendopo waktu lalu, karena semua warga terdampak harus mendapatkan kompensasi secara merata dan berantai termasuk pedagang ikan dan usaha nelayan,” tegasnya.
Terkait adanya isu yang mengatakan saat sosialisasi di Pendopo Sampang bukan seluruhnya nelayan itu memang benar. Karena undangan sosialisasi di Pendopo Sampang yang diterima pihak desa harus menghadirkan lima orang, dengan rincian 1 tokoh masyarakat dan 4 orang perwakilan nelayan.
“Yang meng isukan itu seharusnya bertanya kepada Kepala Desa agar tahu yang sebenarnya. Sedangkan sosialisasi yang tidak sampai ke bawah itu semua karena terbentur oleh masa pandemi Coronavirus Disease 2019," katanya.
Tetapi kata Nurul Hasanah, saat sosialisasi di Pendopo kemarin sebenarnya semua sudah terwakili dan tinggal menyampaikan kepada nelayan di bawah.
"Yang Hadir di Pendopo Sampang kemarin lusa itu sudah terwakili," tandasnya. (Fathur/red)