Dede Farhan Aulawi : Gunakan Masa Tenang untuk Merenung dan Menentukan Pilihan

Foto: Dede Farhan Aulawi
968
ad

MEMOonline.co.id, Jakarta - Rangkaian masa kampanye pemilihan Presiden dan Legislatif di tahun 2019 ini akan berakhir. Kemudian memasuki masa tenang dan akhirnya masa penentuan pilihan di tanggal 17 April 2019.

Semua WNI dihimbau menggunakan hak suaranya dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan hatinya tanpa ada paksaan atau tekanan dari siapapun, sehingga pemimpin yang bakal terpilih nanti adalah pemimpin yang benar – benar berdasarkan pilihan rakyat.

Dede Farhan Aulawi salah seorang tokoh masyarakat Jawa Barat, Jum'at malam (12/4)  menjawab sambungan telepon media yang ingin menanyakan pendapatnya mengenai rangkaian masa kampanye yang segera akan berakhir ini.

“Masa kampanye adalah bagian dari prosesi konstitusional yang sudah ditetapkan oleh KPU sebagai penyelenggara resmi pemilu di Indonesia,” kata Dede.

Menurutnya, masa kampanye sejatinya adalah kesempatan untuk menyampaikan pemikiran – pemikiran, ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan cemerlang calon pemimpin dalam menata Indonesia untuk kurun waktu minimal lima tahun ke depan, sehingga masyarakat akan tahu siapa calon pemimpin yang layak dipilih menurut hati dan fikirannya sendiri, yaitu pemimpin yang dinilai mampu mewujudkan Indonesia yang sejahtera, maju, adil dan makmur.

“Tidak boleh ada paksaan, intimidasi, fitnah, curang atau bohong agar menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang jujur, penuh ikhlas untuk mengabdi pada bangsa dan negara,” tegasnya.

Dikatakan Dede, semua calon pemimpin atau calon wakil rakyat, jangan pernah berfikir untuk melakukan tindakan manipulatif dalam bentuk apapun. Ikuti aturan main yang sudah ditentukan KPU maupun Bawaslu.

Jangan pernah berfikir untuk mengarahkan pilihan rakyat dengan uang (money politics)  karena akan mengokohkan mata rantai KKN yang sulit yang sulit diputus.

Jika politik uang terus dilakukan maka pasti mereka akan berfikir untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan. Hitung-hitungan ekenominya menunggu untuk segera mencapai breakevent.

“Tentu hal ini sangat tidak sehat karena akan melahirkan pola fikir manipulatif  dan syahwat yang sangat koruptif,” ujarnya.

Dede juga mengingatkan agar seluruh warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih, diminta menggunakan hak pilihnya alias tidak golput. Ini bukan sekedar hak, tetapi juga menjadi tanggung jawab konstitusional warga negara agar menghasilkan pemerintah yang legitimate.

Sementara itu dalam memasuki masa tenang, Dede meminta masyarakat untuk merenung sejenak sebelum menentukan pilihan. Jangan ada lagi kampanye – kampanye dalam bentuk apapun.

Jagalah lisan kita, dan jaga juga jari kita untuk tidak melanggar aturan main pemilu. Ini bukan soal kalah dan menang, tetapi soal siapa yang dipilih lebih banyak oleh rakyatnya. Kosa kata “kalah dan menang” sering kali membentuk dikotomi yang mutlak diametral antara dua kutub, dan tentu tidak sehat serta mudah dibenturkan oleh provokasi - provokasi yang tidak bertanggungjawab.

“Ingatlah bahwa siapapun yang terpilih secara jujur dan konstitusional adalah pemimpin seluruh masyarakat Indonesia. Bukan pemimpin masyarakat pendukungnya saja,” tekan Dede.

Oleh karena itu jika seseorang sudah terpilih nanti, maka dimohon melepaskan baju kelompoknya, melainkan pakailah baju kebanggaan seluruh rakyat yang bisa menaungi dengan rasa keadilan.

Siapapun yang merasa menjadi “pemenangnya”, jagalah perasaan saudara kita yang merasa “kalah”. Boleh saja kita memeriahkan kegembiraan karena “terpilih”, tapi sebaiknya cara memeriahkan kegembiraan dengan cara yang santun penuh rasa syukur.

Bukan dengan cara hura – hura yang bisa menimbulkan ketersinggunan dan rasa antipati dari saudara kita yang lainnya. Pihak yang terpilih adalah saudara kita, dan pihak yang tidak terpilihpun adalah saudara kita sendiri.

Menjaga keutuhan dan persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jauh lebih penting daripada sekedar meriah atau tidak meriahnya acara meluapkan kegembiraan. Warga negara yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, akan selalu terbimbing ucapan dan perbuatannya untuk tidak menyakiti saudaranya yang lain.

Coba saja kita renungkan sepanjang masa kampanye ini, apakah ucapan dan jemari kita di handphone lebih banyak memberi ketenteraman pada orang lain, atau malah membuat orang lain merasa tidak nyaman ? Lebih banyak membuat kebenaran atau kebohongan (hoax) ? Jagalah semangat kebersamaan dan persatuan bangsa agar NKRI bisa tetap utuh dan berdiri dengan kokoh dan teguh di bumi Indonesia tercinta ini.

Silakan gunakan hak pilih sesuai pilihan masing – masing tanpa harus mencaci saudara yang berbeda pilihan dengan kita. Idiom – idiom negatif, cibiran dan sindiran – sindiran mohon untuk dihentikan.

Kosa kata – kosa kata yang dianggap kasar harus mulai dihentikan, karena tidak sesuai dengan tuntunan agama, tidak sesuai dengan ajaran guru – guru kita, juga tidak sesuai dengan nasihat – nasihat dari orang tua kita.

Kata kuncinya, jangan tempatkan orang yang berbeda pilihan sebagai “musuh”, tetapi tetaplah jaga hati dan perasaannya sebagai saudara kita sendiri.

“Semoga Pemilu berlangsung dengan aman, tertib dan kondusif. Kita akan kembali utuh, rukun dan santun. Pungkas Dede mengakhiri percakapan,” pungkasnya. (Rls/diens)

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Sumenep- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, membagikan ilmu jurnalistik kepada puluhan...

MEMOonline.co.id, Padang- Hafiz Rahman Hakim atau yang lebih dikenal Hafiz adalah seorang travel content creator asal Indonesia yang lahir di...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Pembangunan Kantor baru gedung DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang peletakan batu pertamanya dilkukan pada 21 Agustus...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Ramadhan berkah, Serikat Media siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Sumenep berbagi takjil puasa untuk para abang becak dan...

MEMOonline.co.id, Jember- Suasana kegembiraan menyelimuti halaman SMK Islam Bustanul Ulum (IBU) saat acara Pondok Ramadhan....

Komentar