
MEMOonline.co.id, Sumenep- Dugaan skandal tak senonoh yang menyeret seorang pemilik jaringan konter HP di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mencuat ke hadapan publik.
Dua mantan pegawai perempuan kompak membongkar praktik tidak pantas yang mereka alami selama bekerja di tempat tersebut.
Kasus tersebut mencuat bermula dari pemecatan seorang pegawai perempuan berinisial Bunga.
Posisi Bunga kemudian digantikan oleh Dahlia, yang disebut langsung mendapat perlakuan istimewa dari sang bos berinisial Sugiono (nama samaran).
Menurut keterangan sumber internal, Dahlia yang baru beberapa hari bekerja sudah digaji tinggi dan diberi fasilitas mewah, termasuk sebuah unit iPhone 13.
Perubahan drastis itu menimbulkan kecurigaan dari tunangan Dahlia, yang heran melihat gaya hidup kekasihnya berubah dalam waktu singkat.
"Baru kerja tapi sudah pakai iPhone dan pegang banyak uang," ujar seorang warga, Senin (28/7/2025).
Karena curiga, tunangan Dahlia akhirnya memancing pengakuan. Dahlia pun buka suara, mengungkap dugaan praktik tidak senonoh yang dilakukan bosnya.
"Saya diajak ke hotel, katanya kalau nurut nanti dikasih uang dan iPhone," ungkap Dahlia kepada tunangannya.
Tak berhenti di situ, Dahlia juga menyebut bahwa Bunga—pegawai yang digantikannya—mengalami hal serupa.
Menurut Dahlia, Bunga sempat “didekati” oleh Sugiono dengan bujuk rayu serta janji imbalan materi jika mau menjalin hubungan intim.
Setelah kabar ini menyebar, Bunga ikut buka suara dan membenarkan pengakuan Dahlia.
"Semua pegawai perempuan di sana hampir pernah diajak ke hotel. Bukan cuma saya atau Dahlia," ujar Bunga dalam keterangan yang diterima redaksi.
Ia juga menduga bahwa penolakannya terhadap ajakan bos menjadi alasan utama pemecatannya.
"Karena saya nolak, lalu diganti dengan yang lebih penurut," katanya.
Keterangan ini langsung memicu reaksi publik.
Sejumlah warga dan tokoh masyarakat meminta agar aparat penegak hukum segera menyelidiki dugaan pelecehan dan eksploitasi di lingkungan kerja tersebut.
"Kalau benar, ini bisa dikategorikan kekerasan seksual terselubung di tempat kerja," ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Sementara itu, pegawai lain berinisial Mawar belum memberikan tanggapan atas isu yang menyeruak.
Belum diketahui apakah Mawar juga mengalami perlakuan serupa.
Pihak redaksi berupaya menghubungi Sugiono untuk klarifikasi, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari yang bersangkutan.
Aktivis perlindungan perempuan di Sumenep turut menyuarakan keprihatinan atas kasus ini.
"Kami khawatir ini bukan satu-satunya. Harus ada tindakan tegas," ujar Siti Nurhasanah, pegiat perempuan di Madura.
Ia mendorong para korban untuk berani melapor dan menyuarakan pengalaman mereka.
"Ini bentuk kekerasan berbasis gender yang tidak bisa ditoleransi," tegasnya.
Hingga kini, belum ada laporan resmi yang masuk ke kepolisian. Namun desakan publik terus menguat agar kasus ini ditangani secara hukum.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya sistem pengawasan dan perlindungan di tempat kerja, terutama di sektor informal seperti konter ponsel dan toko-toko kecil.
Penulis : Alvian
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak