MEMOonline.co.id. Sumenep - Dugaan adanya oknum Anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Jawa Timur dalam pengadaan beras untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) mendapat respon dari Badan Kehormatan (BK). Bahkan BK akan menelusuri serta akan melakukan kajian atas kebenaran informasi tersebut.
Ketua BK DPRD Sumenep Samiodin mengaku telah mendapatkan informasi tersebut. Namun selama ini dirinya belum bisa mengambil kesimpulan.
Karen itu perlu adanya kajian secara detail, apakah melanggar aturan atau tidak.
"Secara aturan anggota dewan tidak ada larangan untuk menjalankan bisnis, karena itu merupakan kewenangan masing-masing anggota," kata dia.
Namun lanjut dia, sebagai wakil rakyat harus mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Sehingga meski akan menjalankan bisnis sesuaikan dengan aturan yang berlaku.
"Tidak boleh melabrak aturan," jelas dia.
Mengenai adanya oknum anggota dewan yang diduga terlibat dalam pengadaan beras untuk ASN, kata dia sesuatu yang kurang lazim dilakukan. Karena itu akan mengurangi fungsi pengawasan sebagaimana tugas yang melekat sebagai wakil rakyat di gedung parlemen.
"Logikanya begini, bagaimana cara melakukan pengawasan sementara dirinya juga menjadi pelaku. Sehingga fungsi pengawasan akan hilang dengan sendirinya. Itu tidak bagus," jelas dia.
Sebelumnya diberitakan, terdapat sejumlah pihak yang diduga terlibat dalam pengadaan beras untuk ASN, mulai dari oknum wartawan hingga oknum Anggota Dewan.
Program tersebut merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Bupati Sumenep Achmad Fauzi. PD Sumekar selaku badan usaha milik daerah (BUMD) ditunjuk untuk mengelola program tersebut. Penyalurannya dilakukan setiap bulan kepada ASN yang telah diptong dana TPPnya.
Informasinya, program itu sebagai salah satu trobosan untuk membangkitkan ekonomi. Karena pengadaan beras dilakukan langsung pada petani dalam bentuk gabah.
Dalam praktiknya, PD Sumekar menggandeng beberapa suplier dalam pengadaan beras tersebut.
Bahkan akhir-akhir ini menuai polemik karena salah satunya kualitas beras yang diberikan dinilai kurang bagus atau jauh dari kualitas beras premium pada umumnya.
Selan itu, program tersebut diduga hanya dijadikan bancakan. Terbukti banyak suplier yang mengaku tidak dibayar meski dana TPP milik ASN telah selesai disalurkan secara utuh.
Penulis : Redaksi
Editor : Udiens
Publisher : Isma