Indonesia Selamanya Milik Kita Bukan Milik Asing 

Foto: Ketua Umum Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng Indonesia), I Ketut Guna Artha
17203
ad

MEMOonline.co.id - Tidak ada satupun negara di dunia saat ini bisa hidup tanpa kerjasama dengan negara lain tanpa terkecuali Indonesia. Maka dari itu dibuatlah kemudian kesepakatan-kesepakatan global, perjanjian internasional, kawasan/regional seperti Uni Eropa, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dst.

Secara ekonomi dunia mengalami dinamika yang dipengaruhi diantaranya oleh populasi, ratio usia produktif, SDM/SDA, teknologi, stabilitas polhukam, dsb. Maka dari itu ahli-ahli ekonomi dunia memprediksi terjadi pergeseran pusat ekonomi dunia ke RRT/China yang memiliki populasi terbesar di dunia, menguasai teknologi serta memiliki sumber daya alam yang pada gilirannya mempengaruhi ekonomi kawasan termasuk Indonesia.

Demikian yang disampaikan Ketua Umum Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng Indonesia), I Ketut Guna Artha.

"Tidak salah kemudian apa yg menjadi prediksi dunia akan masa depan ekonomi global bergeser ke China dimanfaatkan pemerintahan Jokowi untuk meningkatkan investasi China di Indonesia.

Saya pikir kekawatiran berlebihan dari sejumlah pihak tentang masuknya tenaga kerja asing khususnya China telah diklarifikasi Menaker dan Menko Maritim," papar I Ketut Guna Artha.

Menurut catatan sejarah dinasti penguasa China dan babad tanah Jawa bahwa China (selain India) punya hubungan sejarah panjang dengan Indonesia. Ekspansi China untuk menguasai Nusantara (melalui Jawa) digagalkan oleh Raja Singhosari, Prabu Kertanegara.

Akhirnya melalui akulturasi budaya (dan kawin campur) serta siar Islam(Walisongo),baru berhasil diterima di tanah Jawa. Keberadaan etnik China semakin terlihat perannya dalam masa pergerakan nasional misalnya dengan memfasilitasi tempat/gedung diikrarkannya Sumpah Pemuda tahun 1928.

Pada masa pemerintahan presiden Sukarno bahkan hubungan kedua negara semakin hangat dengan dicanangkannya Poros Jakarta - Peking. Bahkan diera pemerintahan Soeharto melahirkan konglomerasi etnik China karena Soeharto melarangnya terlibat dalam politik sehingga mewariskan orang-orang kaya Indonesia dari etnik China hingga saat ini.

"Jadi sangat aneh sebagian kecil masyarakat Indonesia menuduh Jokowi sebagai antek China (asing) ditengah kebijakan pemerintahan Jokowi mendorong persaingan usaha secara sehat, menindak pengusaha hitam, memburu pengemplang pajak, menangkap pelaku suap, renegosiasi kontrak karya tambang dan migas yang telah lebih dari 40 tahun mengeruk kekayaan alam Indonesia. Bukankah pemerintahan Jokowi dalam 4 tahun terakhir ini begitu kerja keras memperbaiki kerusakan warisan masa lalu?," tanyanya.

China pun dibuat tidak berhasil menyeret Indonesia dalam konflik Natuna oleh Jokowi. Ini menunjukkan bahwa China akhirnya harus menghormati kedaulatan NKRI.

Indonesia modern terikat peraturan global dalam investasi, ketenaga kerjaan dan regulasi organisasi buruh internasional PBB. Tentu berbeda dengan Korea Utara yang mengisolasi negaranya dari negara luar.

Kenapa mesti kuatir dengan tenaga kerja asing China? Jika menyalahi Visa (bekerja secara ilegal) kan bisa ditangkap dan dideportasi karena kita punya Imigrasi?

Sadarkah kita bahwa diaspora Indonesia telah menyebar ke belahan dunia? Banyak orang-orang hebat Indonesia bekerja diluar negeri.

"Jika ingin menjadi tuan rumah di negeri sendiri maka pesan saya jangan lagi angkat isu pribumi, bumiputera karena apapun suku bangsanya orang yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia. Mari kita ubah paradigma, bekali diri dengan skill, integritas dan produktifitas. Apalagi pemerintahan Jokowi sangat serius membangun infrastruktur, kemudahan perijinan, reformasi birokrasi serta mendorong UMKM dan pengusaha-pengusaha baru.
Jika hanya sibuk memproduksi hoax, menebar fitnah dan kebencian ya...bagaimana bisa menguasai sumber daya alam yang melimpah?," pungkas I Ketut Guna Artha. (*)

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Jember- Kejaksaan Negeri (Kejari) Jember menuntut terdakwa Tradiska Prastyawan dengan hukuman penjara selama 3 tahun 6 bulan atas...

MEMOonline.co.id, Bogor- Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543, Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (Bappenda) Kabupaten Bogor...

MEMOonline.co.id, Lumajang- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lumajang beraudensi dengan Bupati Lumajang, membahas langkah kongkrit jembatani dunia...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Di bawah kepemimpinan dr. Erliyati, M.Kes, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar Sumenep terus bertransformasi...

MEMOonline.co.id, Lumajang- Peristiwa na'as menimpa Yuni, warga Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Dua motornya raib...

Komentar